Pesantren berarti solidaritas, kebersamaan, dan kekeluargaan

Pesantren berarti tinggal di asrama. Sebuah tempat yang mau tidak mau harus menjadi rumah singgah gue untuk beberapa bulan. Gue tekankan betapa pentingnya menganggap asrama sebagai sebuah rumah singgah selain rumah gue di Jakarta. Bayangkan, ketika sejak kecil kita sudah tinggal di rumah kita dan kemudian suatu ketika harus meninggalkannya dalam kurun waktu yang cukup lama, pasti ada suatu titik dimana kita tidak merasa nyaman dan ingin pulang. Itulah yang namanya Home Sick! Tapi, ketika kita sudah menganggap tempat kita tinggal yang baru sebagai rumah singgah kita, maka perlahan kita pasti dapat beradaptasi.

Ngomong-ngomong soal asrama, ada beberapa hal yang bakal kalian temukan di kehdidupan asrama, The Dormitory life, begitu gue menyebutnya (biar keren dikit). Di sinilah lu bisa bertemu orang-orang dari berbagai daerah dengan sifat yang berbeda-beda pula. Ada yang asik, pendiam, pemalu, gila, berisik, dan bahkan kadang-kadang menyebalkan! Enggak heran kalau tahun-tahun pertama kami di pesantren adalah tahun-tahun penuh konflik dan keributan.

Mungkin karena shock dengan kehidupan yang baru, sering kali temen-temen gue terlibat adu mulut hingga adu jotos! Mungkin dulu sewaktu kelas satu banyak dari kita yang shock karena harus bersosialisasi dengan komunitas yang sama sekali beda dan perbedaan kerap kali meinmbulkan konflik!

Lu bisa melihat tabiat asli seseorang jika lu udah hidup lama bersama orang tersebut! Apa lagi 24 jam lu ketemu sama tu orang, bayangkan 24 jam! Lu bakal tau siapa yang sering kentut dan siapa yang baunya yang bikin seolah-oleh septic tank muncul di asrama saking bangsat baunya. Lu bakal tau siapa yang pelit dan siapa yang paling royal. Lu bakal nemuin orang yang betah enggak mandi berhari-hari! Gue punya temen yang malas mandi sampai-sampai harus gue nasihatin kayak gini: “Hoy purba (nama disamarkan), mandi lah engkau sebelum engkaudimandikan!”, tapi malang, dia sampai sekarang belum bertaubat. Atau lu bakal nemuin, apa yang sering kami sebut sebagai: Raja Asrama. Raja asrama adalah yang “punya”-nya asrama. Jarang turun ke Masjid buat shalat berjamaah dan sering cabut dari pelajarannya. Pokoknya nempel sama asrama sampai bikin kerajaan. Rekor raja asrama di pengang oleh kakak kelas gue si-W yang selama 1 SEMESTER, bayangkan! Satu semester dia enggak turun ke masjid buat Salat Isya berjamaah! Wow..

Ada yang sok tahu, ada yang berisik, tapi ada juga yang diem banget! Kalau enggak salah gue pernah liat, hmm sebut saja si-Ngaaak! (karena kalau ketawa, ngaaak.. ngaaaak), selama seharian penuh enggak BICARA kecuali bacaan shalat, itupun hanya Allah yang tahu. Tapi buat juara berisik di pegang oleh si-Bibir! Sebut aja si bibir karena bibirnya berbanding lurus dengan keberisikkannya! Maksud gue, ukurannya, hehe. Anak-anak pernah mengaku mendengar si-Bibir KETAWA dari asrama namun terdengar hingga KE KELAS! Jarak dari asrama ke kelas kira-kira.. hmm 80 meter ada kali ya. Pokoknya sering juga di sebut, TOA berjalan.

Kita adalah kumpulan-kumpulan orang yang unique! Masing-masing punya ciri khas dan tabiat yang berbeda. Perlu solidaritas antar teman untuk bisa hidup damai dan tanpa konflik. Gue juga harus menganggap temen-temen gue sebagai keluarga gue karena gue tinggal bersama dengan mereka 24 jam sehari, 7 hari seminggu! Kita juga perlu toleransi, apa lagi sama anak yang kadang-kadang bikin kesel. Lagi enak-enaknya tidur, eh ada yang dateng main gitar. Pokoknya menghargai apapun kelebihan dan kekurangan mereka adalah modal untuk bisa dihargai.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

gue suka gaya lo
lo pesantren mana?

Posting Komentar

my visitors!